Thursday, August 16, 2018

Berenang di Lubang Buaya Ambon

Mengerikan dengar namanya ya? Sebelum sampai di sini pun, saya membayangkan saya akan bertemu buaya di perairan nanti. Apalagi yang namanya buaya muara itu kata orang-orang sih makan manusia. Kami menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam dari kota Ambon untuk sampai ke perkampungan Morela. Dari atas kami bisa sedikit berfoto-foto dengan latar teluk Lubang Buaya atau dikenal juga dengan Pantai Morela. Wow, tua sekali warna airnya! Di Sumba sana, jarang sekali saya lihat pantai dengan warna air seperti di teluk Lubang Buaya. Warna airnya hijau tua, tapi jernih, sehingga dari jauh pun nampak terumbu-terumbu di bawahnya. Beberapa rumah panggung juga menghiasi bibir teluk, dari sanalah perahu kami nanti berangkat.
Mobil bisa diparkir di depan kios mama-mama yang jualan pisang goreng. Bayar 5 ribu saja. Setelah itu kita harus turun menyusuri anak tangga yang sudah dibuat. Pertama sampai, kami disambut oleh mama-mama yang sedang mencuci baju di aliran sungai. Bening! Yang kedua tentunya kami disambut dengan penjual tiket tempat wisata. Seingat saya sih hanya bayar beberapa ribu per orangnya, ditambah lagi beberapa ribu untuk biaya kamar mandi/ kamar ganti. Kami pun bergegas memilih rumah panggung untuk tempat kami menaruh barang-barang serta menikmati makan siang (KFC) yang sudah kami beli lebih dulu di kota tadi. Sehabis perut kenyang kami pun mulai tawar menawar untuk harga perahu yang akan membawa kami ke tengah supaya bisa berenang dan snorkeling. Sama bapak yang sama pun kami menyewa life vest dan alat snorkeling. Oh, ya ternyata saat didekati, air yang dari kejauhan berwarna hijau itu menjadi warna biru tua yang jernih, dari dek rumah saja kami bisa lihat ada banyak Angel Fish besar-besar, ada juga ikan yang mirip seperti daun kering. Saya takjub. Pantai di Sumba biasanya hanya pasir saja tidak ada ikan-ikan seperti di Ambon sini. Saya penasaran apa yang akan menunggu saya di tengah nanti.
Saya ke sini hanya berdua dengan teman saya yang asli orang Ambon. Dia pun bahkan belum pernah snorkeling di Lubang Buaya ini, biasanya hanya sebatas berenang-berenang saja. Saat sampai di tengah, wiiiiiiiiiii, sulit saya deskripsikan betapa indahnya dan betapa ramainya ikan yang berenang. Ternyata bagian tepinya tidak begitu dalam mungkin 2-3 meter namun ada semacam palung di tepi terumbunya itu yang  membawa ke laut yang lebih dalam. Tampak dari kejauhan ikan-ikan yang jauh lebih besar ukurannya. Terakhir kali saya snorkeling itu saat di Labuan Bajo, tempat favorit saya ada di Pulau Kelor, di situ saja menurut saya sudah cantik sekali. Tapi jujur di Lubang Buaya, ikan yang saya lihat lebih bervariasi, lebih besar-besar, lebih berwarna-warni, dan terumbu karangnya masih utuh-utuh. Baru nyemplung pertama saja saya sudah lihat Nemo. Banyak sekali. Kalau beruntung dan bisa datang lebih pagi, di sini kita bisa melihat penyu dan lumba-lumba. Waktu berenang juga kami lihat ada 1 ekor lumba-lumba di kejauhan, tampak sirip atasnya yang naik turun. Takjub! Saat cape kaki mengayuh, kami tinggal berpegangan dengan kayu perahu, sembari bapaknya mendayung, kita bisa menikmati pemandangan bawah laut teluk Lubang Buaya. Kami nih kagum campur sedikit ngeri, takut-takut kaki menyentuh coral karena semakin lama lautnya semakin dangkal. Ada pula makhluk laut yang bentuknya gak jelas seperti boa. Ada juga terumbu yang seperti guci. Aduh banyak deh pokoknya, yang saya gak tau namanya. Ternyata nama Lubang Buaya ini dikarenakan ada batu yang mirip seperti buaya yang sedang membuka mulutnya, badannya muncul dari arah batu karang yang berlubang seperti gua, lalu mulutnya menghadap laut. Yah kalau dilihat dari jauh mirip juga lah, itupun harus memposisikan diri dari sudut yang pas, barulah nampak seperti buaya dengan gigi-gigi taringnya.
Teluk Lubang Buaya ini masih kurang populer dibanding tempat snorkeling lain seperti Bunaken, Labuan Bajo, Lombok, Wakatobi, dan sebagainya. Mungkin itu yang menjadikan tempat ini masih asri, biota laut yang masih variatif, dan bentuk terumbu karang yang masih utuh. Pemerintah juga melarang orang-orang untuk memancing dan kegiatan menangkap ikan lainnya di tempat ini. Ibu menteri Susi pun punya suatu penangkaran atau area konservasi di sisi pantai sebelah teluk ini. Semoga suatu saat nanti kalau saya punya kesempatan untuk mengunjungi tempat ini lagi, pemandangan bawah lautnya masih tetap cantik, dan saya bisa ketemu ibu penyu dan mama lumba-lumba.