Sunday, March 29, 2020

Traveler Season 2

Yass, acara Traveler balik lagi. Setelah sebelumnya di season 1 kita menonton perjalanan Ryu Jun Yeol dan Lee Je Hoon berkelana di Cuba (bagus banget!!!). Seru banget melihat mereka berdua traveling di suatu negara yang mereka bahkan gak bisa bahasanya. Cuma modal kamus sama berani-berani ngomong aja. Beberapa kali dapat penginepan yang zonk, balada nyari wifi, ngantri kartu perdana berjam-jam, dan yang paling kocak adalah traveling sendiri-sendiri lalu janjian di alun-alun tapi gak kunjung ketemu-ketemu.

Di season 2 kali ini, Traveler mengajak Kang Ha Neul (yes), Ahn Jae Hong (yes), dan Ong Seong Wu (gak kenal, tapi jelas ganteng). The more the merrier! Di Traveler season 2 ini mereka bertiga dapat kesempatan untuk mengunjungi negara Argentina! Lagi-lagi gak ada juga yang bisa bahasa daerah setempat, bahasa Inggris pas-pasan, tapi nyatanya modal satu dua kata bisa tuh membawa mereka untuk ke penginapan dan juga tempat wisata di berbagai kota di Argentina.

Acara-acara traveling seperti ini selalu jadi acara tv favorit gw. (Indonesia needs more show likes MTMA!!!) Seru aja lihat orang-orang jalan-jalan ke tempat baru terutama ke tempat-tempat yang bukan biasa turis kunjungi sambil melihat kehidupan warga lokal di sana. What is better than the last season? Penginapan di Argentina secara garis besar lebih bagus dan bersih yah. Kalau di Cuba sepertinya kebanyakan model homestay / wisma, sedangkan di Argentina mereka bisa menginap di hotel.

Kalau soal makanan kayaknya variatif yah. Di season 2 ini, 2 episode pertama saja mereka makan steak terus dan daging-daging yang wow bikin ngeces. Sayangnya di acara Traveler ini mereka gak kasih keterangan nama tempat, alamat, dan harga makanan yang mereka pesan secara detail. Yang jelas tiap kali adegan makan, pasti bikin ngiler, apalagi 3 orang ini terutama Kang Ha Neul bawel dan ekspresif banget. Kocak. Dan....sepertinya kemana pun orang Korea pergi, selalu aja mereka makan kimchi, entah bawa sendiri, entah beli di sana, entah gimana ada juga yang ngasih mereka.

Tempat wisata dan kegiatan yang mereka lakukan di season 2 lebih seperti turis normalnya sih. Mereka pergi skydiving yang pasti gak murah, city tour, Iguaza waterfall (mesmerizing!), gletser di bawah kaki Pegunungan Andes (lebih wow lagi macam CG), dan masih banyak lagi (karena di VIU baru sampai episode 6 saat tulisan ini dibuat).



Cast yang dipilih untuk season 2 sangat memuaskan (in my opinion). Selain ganteng, mereka juga punya kepribadian yang beda-beda jadinya kocak liatnya pas digabung jadi satu. Kang Ha Neul yang wujudnya seperti laki-laki ganteng bersahaja tapi aslinya koplak. Ideal type of husband wkwkkw. Not really fashionable waktu jalan-jalan, cuma pake kaos kayak kaos rumah, celana kayak celana rumah, asal campur aja yang penting nyaman. Uda gitu kerjanya cengengesan mulu. Ahn Jae Hong, yang keliatan paling dewasa dan kayak ngayomin adek-adeknya di sini. Kesannya kayak orang yang kaku dan gak mau nyoba hal-hal ekstrim, tapi ternyata gak begitu. Tampak paling fashionable juga entah kenapa. Ideal type of older brother. Ong Seong Wu (oh ternyata dia idol, dari grup Wanna One - tapi udah bubar...yah) adalah cast yang paling muda. Doi bawa kamera kemana-mana dan suka foto-foto, sangat ingin skydiving (akhirnya terwujud), orangnya kesannya pendiem tapi ternyata gak juga. Dia mau aja diajak main-main dan banyol-banyolan sama dua orang cast lain yang lebih tua dari dia. Ideal type of younger brother.

Sudah mulai penasaran kah? Ayo-ayo mumpung lagi masa karantina begini, untuk menjaga pikiran tetap waras, mendingan nonton acara Traveler Season 2 ini. Badan kita boleh terpenjara di rumah, tapi mata dan pikiran bisa berkelana ke Argentina bersama para jejaka!

Tuesday, March 24, 2020

Review Film Door Lock

Door Lock adalah sebuah film remake dari sebuah film Spanyol keluaran tahun 2011 dengan judul Sleep Tight. Film Door Lock ini rilis di tahun 2018 dan dibintangi oleh aktris kawakan Gong Hyo Jin. Film ini bergenre thriller, sebuah film yang menjanjikan karena aktrisnya beliau yang sudah terkenal dengan drama-drama serinya yang selalu bagus.


It's a simple movie dan mungkin perempuan-perempuan yang tinggal di Korea lebih bisa memahami posisi si pemeran utama wanita di film ini. Jadi film ini menceritakan Kyung Min (Gong Hyo Jin) yang bekerja sebagai petugas bank dan tinggal di apartemen one room.  Dia merasa ada orang yang berusaha masuk ke kamar apartemennya karena penutup kunci otomatis pintu kamarnya dalam posisi terbuka. Ada satu malam ketika tiba-tiba pintunya ada yang gedor dan orang di luar tersebut mencoba membuka pintu (gagang pintunya digerak-gerakin terus, horor sih ini!).

Di Korea sepertinya banyak yah perempuan yang tinggal sendiri di apartemen. Gedung-gedung tinggi, lorong-lorong panjang, naik lift sendirian malam-malam. Kayaknya banyak juga deh kasus-kasus cewe-cewe diikuti sama orang sampai ke kamar apartemennya. Ada tuh kan satu video cctv yang kayak popular banget di media sosial. Kalau di Indonesia banyakan orang ngekos yah dan kalau kosan kan biasa antar penghuninya masih saling sapa saling kenal dan daerahnya biasanya ramai gak lorong-lorong panjang gelap.

Mencekam dari Awal

Yap film ini memberikan suasana mencekam dari awal dengan warna film yang gelap (bahkan gw sampai mesti naikin kecerahan layar komputer supaya bisa nonton dengan jelas, tapi tetap saja memang gelap). Buat yang gampang jantungan, hati-hati, suara latarnya itu loh yang bikin orang kagetan. 

Cerita-cerita begini kayaknya udah banyak sih diangkat jadi film, jadi sebenarnya gak ada yang baru-baru banget. Tapi kalau kamu cewe dan nonton film ini kayaknya lebih greget. Kenapa? Soalnya kita pasti pernah kan merasa takut kalau jalan pulang malam-malam, kayak takut ada yang ngikutin. Terus kadang parno sendiri kalau ada yang ngetuk pintu kamar malam-malam, apalagi kalau di Indo kamar kosan kan gak ada lubang pengintip di pintunya, jadi mau gak mau mesti buka jendela atau modal suara nanya. 

Di film ini kita diajak menerka-nerka siapa sih pelaku sebenarnya. Ada beberapa adegan yang menceritakan si pelaku itu seperti punya master key yang bisa buka pintu-pintu apartemen secara otomatis tanpa memasukkan kode. Yang bikin makin merinding adalah itu orang tinggal di dalam apertemennya cewe itu, pakai kamar mandinya terus tidur di ranjangnya........hiii

Ada yang Kurang

Film ini durasinya agak panjang tapi entah kenapa seperti ada yang kurang tapi apa yah. Secara akting pemeran-pemerannya sih gak ada yang perlu diragukan yah. Meyakinkan semua, bikin saya ikut-ikutan cemas nontonnya. 

Peran utamanya diceritakan sebagai seseorang yang introvert, pemalu, bukan orang yang vokal gitu, gampang ketakutan. Jadi apakah wajar yah ketika kita yang ada di posisi dia kita juga akan berakhir melakukan kesalahan-kesalahan yang sama dan akan selamban itu menghadapi situasi-situasi tersebut. 

Beberapa adegan juga ada yang kayak kurang masuk akal lah ya, terutama yang bagian dia menemukan tempat persembunyian si pelaku. Agak kurang gimana gitu.

Kasus-kasus stalker kadang suka dianggap remeh yah. Saya sih belum pernah harus berurusan dengan hal-hal demikian apalagi sampai perlu melaporkan ke polisi. Di sini tampak polisi awalnya tidak menganggap serius pengaduan pemeran utama yang bilang kalau ada orang yang berusaha masuk ke apartemennya. Alasannya yah karena gak ada bukti dan gak ada tanda pengrusakan baik di pintu maupun di kunci pintunya. Yah begitulah yah.... kayaknya memang polisi punya kriteria masing-masing mana kasus yang bisa langsung dilakukan penyidikan mana yang masih harus tunggu. 

Oh ya, kenapa gw bilang ada yang kurang dari film ini? Mungkin karena gw kerap membandingkan dengan peran Gong Hyo Jin di drama terakhirnya yang gw tonton, yaitu When Camellia Blooms. Mirip lah di situ ceritanya ada serial killer gitu yang tertarik sama dia, tapi di sana karakternya lebih bagus daripada di film Door Lock ini. Makanya sebagai perempuan gw lebih suka dia di film drama itu. 

Adegan yang Paling Bikin Merinding (Spoiler)

Adegan yang paling sukses bikin merinding adalah ketika si pemeran perempuan masang CCTV di kamar apartemennya. Jadi dia duduk di ranjang terus penasaran dia tonton isi video CCTV hari itu. Di video itu dia lihat pelaku membuka pintu kamarnya, lalu masuk berjalan ke arah ranjang, dan kemudian menunduk dan menyelinap di kolong ranjang........HIIIIIIII terka sendiri adegan selanjutnya, tonton sendiri aja.

Gak bisa kita pungkiri memang banyak orang-orang yang obsessed dan agak waras di dunia ini, yang berpikir kalau orang lain tuh bisa jadi propertinya mereka. Beberapa pelaku menganggap diperlakukan gak adil sama dunia atau dia merasa orang-orang gak memperhatikan dia karena dia orang kecil / miskin. Rasa sakit hati ini yang terkadang di beberapa orang memicu perilaku-perilaku gak sehat yang gak bisa dinalar pake logika. 

Jadi.....berhati-hatilah selalu yah. Waspada selalu. Terkadang di tempat yang kita rasa aman (contoh aja kamar kita sendiri) ternyata gak seaman itu he he he he.

Monday, March 23, 2020

Cerita Film Kim Ji Young Born 1982

Film Kim Ji Young Born 1982 sudah ada di Viu teman-teman! Sebelumnya gw sudah menonton film ini tapi subtitlenya kacau, akhirnya nonton lagi deh. Ini film hits banget di Korea Selatan, banyak menuai pro dan kontra. Film ini diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama, karangan Cho Nam Ju, yang sebelumnya juga banyak ditentang karena membahas isu-isu feminisme.

Yah sepertinya tidak perlu jauh-jauh menilai kehidupan di Korea Selatan, di bumi Indonesia tercinta ini kata-kata "perempuan itu tugasnya ngurus rumah, ngurus dapur, dan ngurus anak" masih kerap kali kita dengar. 

Deksripsi Kehidupan Perempuan Tanpa Banyak Drama

Film ini ibaratnya penelitian deskriptif, isinya deskripsi kehidupan perempuan, tanpa banyak drama dan konflik yang perlu dipecahkan. Jadi saat menonton film ini jangan mengharapkan ada sensasi naik roller coaster seperti lagi nonton film thriller atau action. Ceritanya mengalir saja, menceritakan bagaimana kehidupan sehari-hari Kim Ji Young yang diperankan oleh Jung Yu Mi serta interaksinya dengan suami (Gong Yoo), keluarganya, keluarga suaminya, dan orang-orang lain di sekitarnya. 

Adegan-adegan yang muncul di film ini mungkin bisa membuat kamu teringat dengan kejadian-kejadian dalam hidup kamu. Sangat realistis sekali digambarkan. Misalnya saat Kim Ji Young lagi duduk-duduk di taman, lalu ada sekelompok karyawan lagi mengobrol sambil minum kopi. Di sana ada seorang karyawan laki-laki berkata seperti ini "Enak yah jadi ibu rumah tangga, bisa santai-santai, tinggal ngandelin gaji suami aja". Kim Ji Young saat itu tidak sengaja mendengar, memang sih karyawan itu bukan maksud mengejek dia sebab ada banyak ibu-ibu lain yang juga sedang duduk-duduk di sana. Tapi Kim Ji Young saat itu seperti "tersentil" dan beranjak dari tempat dia duduk.

Kalau kamu sudah nonton trailer film ini, mungkin kamu ingat atau bahkan kamu yang sudah berkeluarga juga mengalaminya, interaksi dengan mertua. Yap, mertua adalah seseorang yang cukup "ditakuti" dan menjadi momok bagi perempuan ketika mau memulai hidup berkeluarga. Menikah itu bukan cuman mengikat kamu dan suamimu, tapi juga dengan keluarganya. Bagaimana pun juga ibu suamimu itu kan tetap "orang lain" dan kerap kali asing buat kamu. Suaminya Kim Ji Young adalah anak laki-laki satu-satunya (ada saudara perempuan) dan di Korea Selatan anak laki-laki masih jadi primadona di keluarga yang seakan-akan punya posisi yang lebih tinggi dari anak perempuan. Tidak jarang ketika menikah, ibu mertua model begitu menganggap bahwa perempuan yang menikahi anaknya seperti "merebut" anak laki-lakinya dari dia dan selalu merasa menantunya itu "really lucky to have his son."

Pada adegan dalam trailer tersebut diceritakan, Kim Ji Young harus membantu menyiapkan makanan (dari subuh) untuk keluarga suaminya karena saat itu sedang tahun baruan jadi semua anak-anak kumpul. Ibu mertua juga menyuruh Kim Ji Young untuk mencuci piring-piring kotor dan setumpuk alat masak. Saat Gong Yoo mau bantu, ibu mertua malah bilang "wah anak gw modern husband banget, enak banget punya suami kayak gitu" seakan-akan menganggap anaknya kebaikan banget ngerjain tugas istri. Lalu saat ada anak perempuannya datang, mau bantu-bantu malah disuruh istirahat karena katanya "Lu kan udah cape kerja di tempat mertua lu." Di sini lah lu akan mulai melihat Kim Ji Young yang berbeda.

Peran Perempuan bagi Perempuan Lain

Dalam film ini banyak sekali ditampilkan bagaimana peran perempuan bagi perempuan lain. Adegan kumpul-kumpul ibu-ibu yang anaknya satu sekolah dengan anak Kim Ji Young saja sudah pasti akrab dengan kehidupan ibu-ibu sehari-hari. Di sana mereka saling bercerita bagaimana masing-masing dari mereka sebelumnya sekolah tinggi dan punya karir yang mereka senangi. Ada satu ibu yang kuliah di universitas ternama di Seoul, temannya bercanda, kuliah tinggi-tinggi cuma buat ngajarin anaknya perkalian. Yah saling bercerita lah, melepas penat mengurus rumah.

Kim Ji Young ini dulunya juga wanita karir. Dia kuliah sastra Korea, tapi bekerja di perusahan marketing dan bercita-cita mau jadi penulis. Di tempat kerjanya juga dia berhadapan dengan diskriminasi gender seperti misalnya: susah dapat kenaikan jabatan, tidak diikutsertakan dalam tim karena ditakutkan akan cuti lama untuk hamil dan melahirkan. Bahkan salah satu karyawan perempuan yang senior di sana, masih kena bully soal gender oleh karyawan lain yang laki-laki. Diceritakan anak team leader perempuan itu sudah  masuk SMA dan dari kecil karena dia kerja anaknya diurus sama mamanya. Hal ini lalu ditanggapi oleh karyawan pria: "Wah kalau SMA lagi badung-badungnya. Anak yang gak diurus sendiri ama mamanya biasanya jadi pembangkang loh. Siapa yang peduli kalau lu sukses tapi anak lu jadi begajulan." Lalu apakah team leader perempuan itu lantas mundur dari kerjaannya? No no no...di film ini diceritakan malah dia buka perusahaan baru di mana dia yang jadi bosnya (karena di perusahaan lama jabatan dia gak naik-naik...lagi-lagi karena dia perempuan). Dia kemudian juga menawarkan Kim Ji Young untuk kembali bekerja di perusahaan barunya tersebut.

Cerita lain yang berkesan di film ini adalah ketika Kim Ji Young masih remaja, lalu di atas bus ada satu anak laki-laki sepertinya stalkernya dia. Di atas bus itu dia ketakutan sekali tapi gak bisa ngomong atau teriak karena kan laki-lakinya juga gak ngapa-ngapain. Ada seorang ibu yang duduk di hadapan Kim Ji Young, dia memperhatikan gerak geriknya kok kayak gelisah, dia pun sempat bertanya pada Ji Young "Lu kenapa, baik-baik aja?" Akhirnya Ji Young memberi kode ke perempuan itu untuk meminjam telepon genggamnya. Menggunakan telepon genggam itu Ji Young mengetik pesan buat bapaknya lekas jemput di halte bus. Akhirnya tiba di perhentian bus, Ji Young turun, laki-laki itu pun mengikuti dia dan sudah manggil dia untuk berhenti. Tidak lama bus berhenti lagi dan ibu-ibu yang tadi kasih pinjam hpnya itu turun manggil-manggil Ji Young, dia bilang ada barang ketinggalan (mungkin dia baca pesannya Ji Young ke bapaknya tadi). Laki-laki itu pun kabur. Di adegan itu gw merasa yah di saat perempuan susah itu terkadang yang bisa mengerti yah kita yang sama-sama perempuan. Kita harus saling peduli dan menolong.

Sebab kelanjutan adegan itu, bapaknya Ji Young datang dan mendengar ceritanya langsung dari Ji Young. Bukan malah emosi sama cowo yang ngikutin anaknya, malah dia nyalahin anaknya "Lu jangan pake rok pendek, jangan senyum-senyum sembarangan, kalau sampai kejadian apa-apa berarti salah lu-nya gak bisa menghindar." Hadeuh.

Isu Kesehatan Mental

Film ini juga mengangkat isu kesehatan mental. Di awal-awal film kita lihat Gong Yoo lagi ke psikiater sambil menunjukkan sebuah video ke dokter. Gw pikir paling masalahnya si Kim Ji Young depresi atau self harm gitu yah. Tapi ternyata yang tampil dalam film ini adalah dissociative identity disorder atau sering disebut multiple personality / kepribadian ganda. Nanti akan ditunjukkan bagaimana Ji Young akan bicara selayaknya orang lain, terutama dalam situasi di bawah tekanan. Kim Ji Young mulai berbicara seperti neneknya yang sudah mati (di adegan itu dia panggil ibunya sendiri dengan nama langsung dan menasehati ibunya untuk jangan terus berkorban buat orang lain, uda cukup ngorbanin masa muda dan cita-cita lu buat ngidupin sodara2 cowo lu. sedih sih ini), lalu bahkan menjelma jadi ibunya sendiri saat main sama anaknya (ini yang divideokan oleh Gong Yoo), dan jadi temennya yang udah meninggal. Setiap kali dia menjelma jadi orang lain itu Ji Young gak sadar dan kemudian akan lupa sama hal-hal yang dia kerjakan saat dia sedang dalam identitas yang lain. 

Kamu bisa lihat di film ini gimana perkembangan Kim Ji Young dari awalnya yang passionate dengan kerjaan, punya cita-cita, kemudian jadi ibu rumah tangga, tuntutan dari mertua untuk jadi istri yang ideal, keinginan untuk kembali bekerja tapi dia gak yakin dengan suaminya benar-benar setuju atau hanya manis di depan doang, sampai akhirnya suaminya nyadarin kalau dia sakit. Di awal hingga tengah film itu kita disuguhkan dengan Kim Ji Young yang macam empty shell, kayak bunga layu, pucet, begitu-begitu aja dengan rutinitasnya sehari-hari. 

Gong Yoo digambarkan seperti suami ideal yang sayang sama istrinya dan setidaknya dia yang pertama menyadari kalau istrinya sakit. Dari awal dia sudah sering menanyakan "Lu baik-baik saja?", berulang kali sih sepertinya dia khawatir dengan kondisi istrinya. Ada satu kali Ji Young curhat, "Gw kayak gampang marah dan kesel sama semua hal akhir-akhir ini" yang kemudian ditanggapi suami, "Gak itu gak aneh kok, wajar klo orang marah." 

Tapi di beberapa adegan pun digambarkan Gong Yoo sebagai anak yang gak bisa lepas juga dari kendali mamanya, gak bisa juga dia nentang mamanya untuk membela istrinya (yaiya lah yah), dan hal itu wajar sekali. Kebayang kan gimana si Gong Yoo harus menghadapi mamanya yang begitu dan ngadepin istrinya yang lagi butuh bantuan. Ada saat-saat tertentu juga, yang mana mungkin karena pengaruh teman-teman kerjanya yang mostly laki-laki, dia sempat bilang waktu mau ambil cuti "paternal leave": "Ya gw cuti aja paternal leave, biar kalau lu mau kerja, gw bisa istirahat di rumah jaga anak". Di situ Ji Young langsung nyamber "Jaga anak itu bukan istirahat."

Setidaknya film ini berakhir pada Ji Young yang ke psikater dan mulai konseling, memulai karir baru, dan suaminya yang cuti dan gantian mengurus anak sementara waktu. Paling tidak film ini menampilkan sisi lain lah, bahwa bisa loh wanita yang kerja, pria yang ngurus rumah tangga. Gak saklek tuh wanita yang nyuci piring, nyuci baju, ngepel nyapu, sementara prianya di rumah tinggal leyeh-leyeh karena sudah kerja di kantor dan menghasilkan uang. Di film ini Gong Yoo ada bantu-bantu ngurus anak sedikit-sedikit, walaupun yah mostly tetap Ji Young yang kerja. Wajar sih film ini dapat kritik pedas dari laki-laki di Korea Selatan, mungkin di sana modelnya cowo itu yah seperti di gambaran film ini, lebih tinggi kedudukannya daripada perempuan. Makanya ketika ditampilkan hal yang sebaliknya jadi murka lah mereka. 

Film ini betul-betul hanya bercerita, penonton boleh menilai apa saja. Film ini tidak menghakimi siapapun dan apa yang ditampilkan dalam film ini adalah sesuatu yang umum kita temukan di kehidupan sehari-hari. Perempuan yang kalau berkarir kemudian tidak menikah disebut perawan tua. Perempuan yang karirnya bagus dianggap tidak mampu mengurus keluarga dengan baik. Perempuan yang menikahi anak laki-lakinya dianggap sebagai "perebut" dan saingan sama mertua. Perempuan yang peluang karirnya dibatasi sama "nanti kan mesti hamil dan lahiran".

Karakter Favorit dan Adegan Favorit

Karakter favorit gw adalah mamanya Kim Ji Young. Dia kelihatan sekali berusaha menerapkan kalau anak laki-laki sama perempuan tuh sama. Hal ini nurun ke anak pertamanya (kakak perempuan Kim Ji Young) yang sepertinya rada tomboy dan gak mau disuruh-suruh ngerjain kerjaan rumah tangga doang. Mamanya Kim Ji Young nih marah besar sama suaminya pas tahu kalau suaminya pulang bawa suplemen satu dus cuma buat anak laki-lakinya. Dia bilang "Emangnya anak perempuan gak bisa sakit?" Karakter favorit lain adalah kakak perempuannya Kim Ji Young, dia gokil sih hahahaha nonton aja sendiri deh. Dari kecil aja uda savage cara ngomongnya.

Adegan favorit gw adalah saat Ji Young kecil ngobrol sama mamanya. Mamanya Ji Young bilang dia dulu yang paling pintar di antara saudara-saudaranya (laki-laki) dan dia bercita-cita jadi guru. Tapi dia mesti kerja jadi buruh jahit di pabrik buat bisa nyekolahin tinggi saudara-saudaranya. Terus Ji Young tanya "Terus kenapa mama gak jadi guru aja sekarang?" Mamanya jawab, "Karena sekarang uda punya anak, jadi harus ngurus kalian." Jawab Ji Young "Jadi mama gak bisa jadi guru karena aku?"

Banyak teman-teman perempuan di luar sana yang menyerukan kesetaraan gender, tapi kemudian mendapatkan serangan dari laki-laki dan bahkan sama sesama perempuan (ini yang gw gak habis pikir sih). "Kalau ganti galon atau ganti tabung gas jangan suruh laki-laki kalau mau disetarakan" atau "Yah kalau kompetensinya beda masa mau sama gajinya" atau "Kalau perempuannya cuti hamil laki-laki juga dong harusnya" .......hmmmmm kalau semuanya dibalik gimana "Kalau gitu situ yang ngangkang di tempat tidur terus ngeden keluarin bayi 3 kg dari kemaluannya" atau "Kalau gitu situ yang nyuci, ngepel, gosok, nyikat kamar mandi, belanja ke pasar". Debat yang gak akan ada habisnya.

Kalau menurut saya sih laki-laki dan perempuan itu tugasnya saling melengkapi, tidak ada yang superior tidak ada yang inferior. Ada hal-hal yang bisa dikerjakan oleh perempuan, tapi tidak menutup kemungkinan laki-laki juga boleh kok handal mengerjakannya. Begitu juga sebaliknya. Hargailah setiap orang apapun pekerjaannya. Semua pekerjaan itu pasti ada capeknya, orang nunggu aja capek kok. Ya gak? Semoga suatu hari nanti gak ada lagi kalimat "Kamu seharusnya terlahir sebagai seorang laki-laki."

Sunday, March 22, 2020

Vaksin Corona Virus Covid-19 Sudah Ditemukan?



Setelah beberapa bulan gak menulis di blog ini, entah kenapa gatel banget rasanya kalau gak komen soal komentar-komentar orang di Line Today. Siapa sangka tahun 2020 ini diisi dengan berbagai bencana dari mulai banjir sampai dengan pandemi Covid-19. 

Masyarakat Indonesia yang budiman, ternyata masih ada yang kurang paham mengenai vaksin. Padahal vaksinasi itu sudah ada programnya loh di Indonesia, yakni Program Imunisasi Dasar Lengkap, gratis pula. Jangan mentang-mentang gratis terus jadi gak peduli apa yang disuntik atau ditetesin ke dalam tubuh kita. 

Nah, banyak orang-orang di atas itu berkomentar "Kenapa gak diuji coba ke orang-orang yang sudah positif saja?" Begini pemirsa, tujuan vaksin pada hakikatnya adalah untuk mencegah suatu penyakit. Kalau kata netizen lain "vaksin itu untuk mencegah, bukan untuk mengobati". Ya betul itu. Vaksin itu bisa berisikan:
  • Kuman (virus atau bakteri) yang dilemahkan (live-attenuated)
  • Kuman yang tidak aktif aka sudah keok dia
  • Sebagian struktur kuman, dipretelin dah tuh kuman dijadikan vaksin
  • Toxoid - menyerupai toksin (kayak racun gitu deh) yang diproduksi biasanya oleh bakteri
Vaksin itu diberikan supaya terjadi imunisasi, yakni proses pembentukan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Nah pemberian vaksin itu adalah salah satu bentuk imunisasi aktif. Jadi dikasih vaksin supaya tubuh membentuk kekebalan tubuh (sebut aja antibodi lah) secara mandiri yang spesifik terhadap kuman / toksoid yang terkandung dalam vaksin tersebut. Ada lagi namanya imunisasi pasif, nah ini yang dimasukin tuh biasanya imunoglobulin (sebut juga antibodi lah) langsung, jadi kayak nyewa tentara dari luar, biasanya sifatnya hanya sementara (namanya juga nyewa). Pemberian imunisasi pasif ini biasanya disertai juga pemberian vaksin sebagai imunisasi aktif, jadi sambil nunggu kekebalan tubuh sendiri berespon sempurna (butuh waktu bervariasi, ada yang 1 minggu, 2 minggu, dsb) dari pemberian vaksin, ada tentara tambahan yang melindungi dari penyakit di periode itu. 

Nah di komentar ini, beberapa netizen yang lumayan paham tentang vaksin jadi emosi dengan komentar "kenapa gak ambil sampel atau teliti dari pasien yang sudah ada?" Kembali lagi, vaksin itu tujuannya untuk mencegah seseorang untuk terkena suatu penyakit atau bisa juga tetap terinfeksi tapi gak menjadi sakit berat sampe modar meninggal. Vaksin itu yah prioritasnya diberikan ke orang sehat. Kenapa? Karena orang sehat yang diharapkan memberi respon pembentukan kekebalan tubuh yang optimal terhadap vaksin yang diberikan. Itu kenapa kalau Anda baca kontraindikasi vaksin ada yang tulisannya: gak boleh kalau lagi demam, kejang, penyakit akut. Vaksin yang live attenuated kontraindikasi diberikan ke pasien yang punya penyakit yang buat imunitas tubuhnya jadi lemah, pasien yang terapi imunosupresan (misalnya abis transplantasi organ), atau pasien-pasien dengan penyakit berat. Yah namanya juga vaksinnya isinya kuman yang dilemahkan, kalau di orang sehat akan timbul respon imun yang bener, kalau dimasukin ke orang sakit (yang imunitasnya lemah gak bisa respon bener) kuman yang biarpun udah lemah ini bisa nimbulin penyakit yang sesungguhnya di mereka.  

Oke setelah kita mengerti apa itu vaksin, mari kita lanjut ke bahasan berikutnya. Apakah vaksin corona virus aka SARS-CoV-2 si penyebab penyakit Covid-19 sudah ditemukan? Jawabannya adalah iya uda, tapi masih diuji coba. Tahu gak berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai sebuah vaksin bisa direlease ke publik dan diklaim sebagai vaksin suatu penyakit. Bertahun-tahun ciiin. Itu vaksin ye mesti di tes bertahap, bertingkat dengan sampel yang banyak. Gunanya apa sih tes tes mulu gak ada abisnya, buruan aja sih udah gak sabar niii. Yailah, gunanya yah biar yakin kalau vaksin itu EFEKTIF dan AMAN untuk diberikan ke manusia. Bukan cuman 1 manusia tapi ke semua manusia yang akan mendapatkan vaksin itu. Eh gw jadi keingetan si akar bajakah....kemana tuh dia?

Begini gambaran kasarnya, sekarang ini (saat tulisan ini dibuat) ada 3 negara yang mengumumkan secara resmi telah memulai uji coba vaksin untuk Covid-19, yakni negara China, Amerika Serikat, dan juga United Kingdom. Uji coba ini yang dimuat di media adalah yang disuntikkan ke manusia langsung. Tentunya setelah disuntikkan subjek (apa subyek sih) akan diamati, yah biasanya dicek respon imunitas spesifiknya terhadap si virus, bisa per hari atau bisa juga di hari ke sekian. Lalu dicatat juga reaksi apa saja yang dirasakan atau muncul pada pasien, terkait efek samping. Apakah di akhir pengamatan ditemukan peningkatan antibodi yang sesuai yang diharapkan mampu melindungi dia dari infeksi Sars-cov-2 benerannya yang dari luar? Berapa hari sih yang dibutuhkan sampai terbentuk antibodi yang cukup? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang harus dijawab dari penelitian itu. Itu aja baru di satu orang, bayangkan berapa banyak orang yang harus diuji coba, sampai masuk kategori vaksin ini layak diberikan ke semua orang. 

Manusia kan beda-beda, jadi subjek penelitian juga harus punya karakteristik yang bisa mewakili seluruh populasi. Belum tentu sama responnya, padahal harusnya kalau memang sudah dijual - dipasarkan, itu vaksin harus bisa menimbulkan respon imunitas yang "sama" di semua orang (yang walaupun karakteristik orangnya berbeda). Repot dan gak sesimpel yang netizen bayangkan. Gak semudah nyeduh popmie instan nunggu 3 menit udah jadi. Gak semudah akar bajakah yang langsung laris manis.....oops

Jadi vaksin buat Covid-19 sudah ditemukan belum? Lah nanya lagi, kan dibilang udah ada yang nemuin tapi masih diteliti layak gak diberikan buat manusia, efektif gak buat semua orang kebal terhadap covid-19, dan aman gak diberikan ke semua orang, nah itu yang masih belum tahu. Pun kalau sudah ada, harus semua orang sehat divaksin atau paling gak 90% orang divaksin biar suatu daerah terlindungi dan bisa punya herd immunity yakni ikut melindungi teman-teman lain yang gak bisa divaksin. Virus itu kan bisa bereplikasi hanya jika di dalam sel inangnya (dalam hal ini sel tubuh manusia), nah kalau sebagian besar manusianya uda kebal sama ini virus, yah pada keok virusnya gak bisa idup di mana-mana lagi. Jadi gak mustahil kok kalau suatu saat di daerah tertentu penyakit ini punah - hilang sepenuhnya karena pemberian vaksin di orang-orang yang sehat. Yah contoh aja di Amerika Serikat sana gondongan (mumps), campak, dan rubella uda kagak ada tuh. Mungkin bisa gempar kalau sampai menemukan 1 kasus aja di sana. 

Nah susahnya di Indonesia, biarpun vaksin gratis (contoh vaksin campak), nyatanya kasus campak masih ada di Indonesia. Kenapa? Yah cakupannya gak merata, banyak alasannya: masih ada orang yang gak punya transportasi untuk menjangkau fasilitas kesehatan (sedih), masih ada orang yang tidak mengerti apa itu vaksin dan pentingnya vaksin, dan masih ada kaum anti vaksin yang menolak pemberian vaksin karena berbagai alasan yang kadang-kadang tak masuk logika saya (ini yang susah). Yah masih jauh lah yah ini, toh vaksinnya belum dijual bebas. Masih ada cukup waktu buat pikir-pikir "Nanti gw mau divaksin Covid-19 gak yah?"

Nah ini komentar yang terakhir saya tangkap dari diskusi di bawah berita Line Today mengenai vaksin corona virus. Silahkan Anda-Anda saja yang komentar.