Tuesday, July 9, 2019

Review Swing Kids Movie : Jadi Ingin Belajar Tap Dance

Post ini sudah tersimpan lama di draft gw. Baru sekarang berniat nulis reviewnya, yap, setelah 3 kali mengulang nonton film ini. Swing Kids! Lagi-lagi Korean movie. Swing Kids adalah sebuah film besutan sutradara Kang Hyeong Cheol yang sebelumnya sudah pernah melahirkan film terkenal seperti Scandal Makers dan Sunny. Yap dan kedua film itu ya ampun sukses bikin ketawa dan nangis.

Film Swing Kids diperankan oleh Do Kyung Soo, Park Hye Soo, Jared Grimes, Oh Jeong Se, dan Kim Min Ho. Yap D.O aka Do Kyung Soo kudu jadi botak untuk perannya sebagai tentara Korea Utara di film ini. Mengambil setting tempat di camp tahanan Geoje selama perang Korea. Di sini kita bisa lihat ada yang Korea Utara (komunis), ada yang Korea Selatan, ada juga pihak Amerika. Masing-masing tokoh punya konflik batinnya masing-masing. Do Kyung Soo sebagai orang yang berada di kelompok komunis, jatuh cinta sama tap dance yang jelas-jelas milik orang Amerika. Ada juga Park Hye Soo cewe dari Korea Selatan yang kerja ama grup nyanyi nari buat menghibur para tentara yang pada akhirnya ikut gabung sama grup tap dance. Dia bisa berbagai macam bahasa dan maksa jadi translator buat si Jared Grimes, mantan penari di Broadway yang terpaksa jadi pengajar tap dance karena permintaan atasannya. Oh Jeong Se yang gabung grup tap dance gara-gara pengen nyari istrinya. Satu lagi Kim Min Ho, ceritanya dari Cina, emang suka nari tapi suka nyeri dada jadi gak bisa lama-lama hahahaha. Bingung sebenarnya kalau mau menyebut satu orang saja sebagai pemeran utama karena masing-masing karakter tadi punya cerita dan kekuatannya masing. Kamu bisa jatuh cinta sama peran-peran mereka.

Oh ya selain Jared Grimes yang memang tap dancer, artis-artis lain baru belajar tap dance pas mau main film ini. Kamu harus lihat eksekusinya yang ciamik sekali di film, mereka kelihatan kayak sudah bertahun-tahun belajar tap dance. The sound of their shoes dup tap tap dup dupdup taptap durudup...di mix sama lagu dan sound effect yang pas banget, menambah "kemewahan" film ini. Kamu bisa merasakan passion mereka dalam menari di setiap gerakan dan scene yang walaupun hanya menampilkan bagian kaki pemerannya.

Filmnya mulai jadi agak gelap setelah pertengahan film. Di situ mulai ada adegan yang rasanya agak lambat dan bisa di"cut" untuk mempersingkat durasi. Kenapa film ini jadi berdurasi 2 jam 13 menit, mungkin juga karena banyak sekali karakter di film ini dan semua karakter tersebut kayak harus dapet porsi waktu yang cukup gitu untuk bisa membangun cerita dan keterkaitan dengan karakter lain. Yap lagian kalau sudah konsentrasi sama ceritanya durasi segitu gak berasa kok.

Pujian tentunya jatuh di scene penampilan grup tap dance itu di malam natal. Sangat bagus, well executed! Mulai dari pilihan lagu, kostum, panggung kecil tapi cantik banget, dan yah......adegan terakhir yang BOOM! sangat membekas dan membuat berpikir orang-orang ini sempat berpikir gak yah kalau no future in that place sebenarnya. Miris...Kasihan bahwa pada saat itu ideologi yang berbeda memicu peperangan dan harus ada orang-orang yang gak tau apa-apa mati di antaranya.

Walaupun skor imdbnya hanya 7.5, gw rasa film ini layak kamu tonton apalagi kalau kamu mengaku penggemar EXO, khususnya D.O. Di film ini kamu bisa lihat bagaimana hebatnya seorang D.O berakting memerankan peran yang jauh beda dengan peran-peran yang pernah dia lakoni sebelumnya. Di satu scene bisa jadi sangat lucu, di scene lain kamu bisa merasa seram dan deg-degan, di scene lain kamu bisa mewek habis-habisan. Buat kamu yang suka nonton film dance dan teater dengan lagu-lagu yang familiar sebagai background musiknya, kamu juga bisa menikmati film Swing Kids ini. Start streaming guys!

Monday, July 8, 2019

Review: Parasite Movie - Black Comedy?

Poster film Parasite ini sudah mulai bertaburan di timeline Instagram gw sejak 2 bulan lalu. Pada akhirnya tayang juga di bioskop CGV. Setelah menimbang-nimbang mau nonton ini apa Toy Story 4, akhirnya pilih Parasite deh.

Film Parasite yang disutradarai oleh Bong Joon Ho ini dapat penghargaan tertinggi Palme d'Or di Festival Film Cannes tahun ini. Bahkan katanya mendapatkan standing ovation yang lama dari para penonton di sana. Secara film terakhir dari sutradara ini yang gw tonton adalah Okja, juga punya cerita yang bizzare, jadi gw sedikit mengantisipasi cerita (takut gak ngerti) dengan cara nonton dulu trailernya. Setelah nonton trailer, ternyata gw makin bingung dan sama sekali gak bisa membayangkan ini film ceritanya bakalan seperti apa. Intinya ada keluarga miskin, yang kemudian anaknya kerja di tempat keluarga kaya. Kalau dilihat dari poster filmnya, gw membayangkan akan menonton film horor-thriller, sesuai dengan tone trailernya yang gelap-gelap gitu. Jadi gw membayangkan, oooh palingan nanti ini ceritanya si keluarga kaya ini psikopat gitu terus ngebunuh-bunuhin orang yang kerja di rumahnya (kebanyakan cerita horor-thriller kan begini yah). Bisa juga sesuai judulnya "parasite" mungkin ternyata orang-orang di rumah itu bukan manusia, melainkan alien yang jadi parasit di tubuh manusia, wkwkwk, yah ide-ide standar yang muncul dari hasil menonton film-film fiksi lain.

Dan ternyata gak begitu ceritanya saudara-saudara.....Di sepanjang film gw udah berjaga-jaga ada scene-scene ngagetin yang tiba-tiba ada alien muncul, adegan bacok-bacokan, atau palingan gak hantu-hantu gitu, ternyata gak ada wwkwkkwk. Yang ada malah gw ketawa dan terkagum-kagum dengan betapa mulusnya tokoh-tokoh di keluarga miskin itu menipu keluarga kaya untuk bisa kerja di sana. Keluarga miskin di film ini diceritakan tinggal di apartemen basement, di lingkungan yang bisa dibilang kumuh. Kamar basement begitu di  Korea merupakan salah satu yang paling murah, yang istilahnya kalau orang punya duit gak mungkin mau tinggal di situ. Si bapak pengangguran, si ibu mantan atlet juga sekarang pengangguran, anak pertama pengangguran, anak kedua juga pengangguran. Mereka dapat duit cuman dari kerja lepasan kaya misalnya lipat-lipat kardus pizza. Makan juga boleh numpang-numpang di kantin karyawan biar gratisan. Buat dapat mobile data mesti jongkok sampai ke wc biar bisa nyolong sinyal wifi dari tetangga.

Awalnya kita bisa ketawa-ketawa dan senyum-senyum ngeliat tingkah mereka yang kocak dan betapa cerdiknya mereka bisa membuat si keluarga kaya percaya kalau si kakak adalah guru bahasa inggris lulusan salah satu universitas ternama, si adik adalah guru lukis dan art therapist, si bapak adalah sopir veteran, dan si ibu yang pada akhirnya bekerja jadi asisten rumah tangga di keluarga kaya tersebut setelah dengan cara "tidak terpuji" menggusur posisi asisten sebelumnya yang udah kerja berpuluh-puluh tahun di rumah itu. Tapi lama kelamaan gw merasa ngenes juga. Film ini menampilkan kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin. Bahwa orang-orang miskin itu sebenarnya punya kemampuan, tapi entah kenapa yah menetap di rantai kemiskinan itu. Mereka yang miskin sulit atau bahkan gak bisa punya pendidikan tinggi, ketika gak punya pendidikan tinggi, gak ada yang mau mempekerjakan mereka dengan bayaran yang layak. Tapi ketika lu punya ijazah (walaupun palsu), orang-orang tiba-tiba jadi menghargai lu karena dianggap sebagai orang yang berpendidikan.

Di balik kenikmatan yang keluarga miskin ini rasakan saat bekerja di keluarga kaya, mereka jadi kepengen juga untuk bisa tinggal dan punya di rumah besar itu suatu hari nanti. Gak salah sih, toh nyatanya sekarang kan mereka juga lagi "tinggal" di rumah itu, walaupun caranya salah dengan "nipu". Di sini masing-masing tokoh jadi kayak punya kegalauan gitu, tapi yang paling jelas ada di tokoh si bapak, yakni saat orang kaya bilang kalau dia punya "bau" yang gak enak, bau orang-orang yang banyak di kereta bawah tanah, yah sebut aja bau orang miskin. Di situ gw nangkepnya sih dia kayak mulai merasa direndahkan, dendam, iri dengan yang kaya, kesal, apa yah...pokoknya campur-campur gitu. Di rumah itu pula mereka ketemu suatu rahasia yang yah.....gak terpikirkan lah, tapi nyata adanya dan sudah pernah liat beberapa kali sih khususnya di 9gag hahaha.

Menit-menit terakhir film yang mulai bikin kita mikir saat nonton. Agak kurang mendebarkan dan greget sedikit sih sebenarnya menurut gw. Tapi sinematografinya mantap, adegan-adegan slow motion yang lebay itu menambah nilai di film ini. Selipan-selipan komedi di antara adegan-adegan yang seharusnya sedih juga "aneh" tapi bagus. Singkat kata, nonton saja lah di bioskop. Gak rugi kok filmnya lama 2 jam-an, mumpung ada promo gopay dan BNI tapcash tuh di CGV. Akting seluruh pemerannya gak perlu diragukan lagi, sinematografi bagus, tema cerita gak wajar, lu pulang dari bioskop bawa kesan dan pesan yang berbeda-beda. Film yang sangat wajib ditonton!