Sunday, March 7, 2010

ERK sebagai tokoh KOMPAS KITA

Berikut ini adalah tulisan dan tanya jawab dengan ERK yang diambil dari Koran Kompas edisi Jum'at, 5 Maret 2010. Pertanyaan2 yang ada merupakan pertanyaan kiriman dari pembaca Kompas.

KELUAR DARI ZONA NYAMAN

Pengantar Redaksi
Efek Rumah Kaca (ERK) merupakan band indie fenomenal yang sukses di Indonesia, ERK telah membuktikan, dengan idealisme musik dan lirik, mereka tetap eksis, bahkan mampu menciptakan pasar tersendiri. Lirik-lirik lagu mereka selalu mengandung kritik sosial, seperti konsumerisme, politik, lingkungan hidup, dan industri. "Cinta Melulu" adalah lagu kritik keras untuk industri musik kita yang membuat band ini dikenal luas.

Kekritisan ERK, antara lain, juga terlihat dengan keterlibatan mereka dalam sejumlah aksi mendukung Komisi Pemberantasan Korupsi dan gerakan antikorupsi lainnya. "Negara kita sangat akrab dengan yang 'gila-gila'. Jangan-jangan kita juga membutuhkan pemimpin yang gila?" kata mereka dalam rubrik "A-Politis" Kompas saat pemilu 2009.

1. Kabarnya ERK sedang terlibat untuk soundtrack sebuah film. Apakah kalian harus melihat dulu tema, skenario, dan sutradaranya untuk memutuskan mengisi soundtrack-nya, atau asal harganya cocok saja? Apa saja yang menjadi favorit masing-masing personel (film luar dan lokal)? (Rendy Asra, Balikpapan)
Jb: Sampai saat ini script masih dalam proses pembuatan sampai revisi yang keempat. Kami sudah tertarik sejak membaca script pertama. Terlepas dari itu, kami menyukai karya Ariani Dharmawan (sutradara), seperti Anak Naga Beranak Anak Naga, Sugiharti Halim, dan Anniversary. Film favorit: Cholil: Pintu Terlarang dan Arie Hanggara, Adrian: Daun di Atas Bantal, Akbar: G30S/PKI

2. Bagaimana cara ERK menyeimbangkan antara permintaan pasar dan idealisme? (Yolanda Desvira Dewi, Bekasi)
Jb: Kami yakin bahwa idealisme kami akan memiliki pasar, bahkan mungkin bisa menciptakan pasar. Tetapi, pasar musik kami tentu saja tidak sebesar pasar musik yang didukung pemodal kuat. Yang perlu kami tanamkan pada diri kami adalah musik kami sedikit melawan arus. Perlu waktu lama untuk mendapatkan pasar yang luas.

3. Saya bangga dengan ERK. Bagaimana tanggapan ERK dengan penilaian kualitas musik di Indonesia, yang menurut saya indikatornya saat ini adalah daya serap pasar dan rating? (Anthony, Makassar)
Jb: Musik adalah selera dan selera penuh dengan subyektivitas. Subyektivitas membuat persepsi kebanyakan orang/ pasar terhadap kualitas menjadi berbeda-beda. Yang menurut kami penting adalah pasar mempunyi kesempatan untuk bisa mengakses musik yang eksploratif dan alternatif agar selera pasar tidak stagnan. Untuk itu dibutuhkan media yang mendukung perkembangan musik Indonesia.

4. Apa yang melatarbelakangi ERK membawakan tema-tema kritis dalam lirik lagu? Bagaimana cara ERK menyelaraskan idealisme dengan tuntutan pasar sehingga dapat diterima pecinta musik? (Anto 'silo' Hidayat, Pondok Cabe, Tangeran Selatan)
Jb: Menurut kami, musik lebih dari sekadar hiburan dan musik berpotensi menjadi medium yan greflektif, komunikatif, dan inspiratif. Kami yakin, setiap idealisme memiliki pasar. Namun, penting untuk menyiasati pasar, salah satunya dengan menciptakan karya berbeda, tetapi tidak terlalu jauh berbeda dengan karya-karya pada umumnya.

5. Kenapa sih nama bandnya ERK? Apa ada hubungannya dengan pemanasan global sekarang ini? (Any Suswati Ali, Cilegon, Banten)
Jb: Nama band ERK tidak berhubungan dengan pemanasan global. Nama tersebut kami ambil dari judul lagu (lagu itu sendiri bercerita tentang pemanasan global) kami karena terasa unik dan belum ada yang memakai nama tersebut.

6. Halo ERK, saya sungguh memberi apresiasi yang besar terhadap kalian semua karena bisa menjadi alternatif yang menyehatkan bagi musik Indonesia. Kenapa energi positif yang ditebarkan ERK jarang diekspos ke pertunjukan musik di televisi nasional? Ditunggu nih show-nya di televisi. (Ari Sentani Unissula, Semarang)
Jb: Pertanyaan ini mungkin lebih tepat ditanyakan kepada pihak stasiun televisi karena mereka pasti mempunyai standar tersendiri (di antaranya rating dan profit sharing) tentang musik apa yang layak ditampilkan dalam program acaranya.

7. Saya sangat kagum dengan musik ERK, yaitu "melawan arus". ERK tampil berbeda sehingga begitu mudah menarik perhatian. Tetapi, tampaknya yang bisa mengapresiasi hanya kalangan tertentu saja yang bisa nyambung dengan kritiks sosial: konsumerisme, politik, lingkungan, dan industri. Apakah ERK memang membidik segmentasi eksklusif semacam ini? (Aswin Simatupang, Ciganjur, Jakarta Selatan)
Jb: Kami tidak pernah menganggap musik kami eksklusif, tetapi karena kebanyakan lagu yang ada yang ada di industri musik temanya seragam/cinta sehingga tema musik kami jadi terasa berbeda dan seakan-akan eksklusif. Positifnya, kita bisa lebih bebas mengeksplorasi musik kita beserta kontennya, tidak ada intervensi dari mana pun. Negatifnya, sering kali pemusik indie dalam membuat album tak menggunakan jasa produser (biasanya karena keterbatasan dana). Padahal, produser berfungsi untuk memaksimalkan kemampuan pemusik indie.

8. Untuk orang-orang yang sepintas mendengar musik kalian mungkin bingung dengan makna lirik lagu-lagu kalian yang terkesan "berat". Kenapa kalian memilih untuk mengangkat topik yang sangat tidak biasa untuk sebuah lagu band? (A Meytriasari, Cirebon)
Jb: Menurut kami, topik yang kami angkat adalah topik yang biasa. Hanya saja sedikit sekali pemusik yang mengangkat topik seperti kami sehingga topik yang jarang diangkat tersebut jadi tidak biasa.

9. Sampai sejauh ini apakah ERK akan tetap konsisten mengusung lagu yang bertema ekosospol? (Subkhan Agung Sulistio, Lippo Karawaci, Tangerang)
Jb: Kami akan tetap membuat tema apa pun yang kami anggap menarik dan kami yakin masih banyak anak muda yang tertarik dengan isu-isu tersebut, termasuk isu ekosospol.

10. Apa filosofi dari "Efek Rumah Kaca"? (Bunga Ramona, Kebon Jeruk, Jakarta Barat)
Jb: Filosofi musik bagi kita adalah musik sebagai media hiburan dan juga media meluapkan emosi, media komunikasi ide-ide kami, dan media dokumentasi.
errrr ini pertanyaan sama jawaban kok kayaknya gak nyambung......tapi gak tau juga apa salah ketik pertanyaan atau gimana yah?

11. Di mana saya bisa menemukan toko yang menjual CD/kaset kalian?
Jb: Bisa didapatkan di toko-toko musik besar, mail order ke btsmerk.multiply.com, dan di booth saat kita melakukan pertunjukan.

12. Dari banyak seniman musik Tanah Air, hanya Slank kelompok seniman dengan format band yang konsisten dalam menyuarakan kritik sosial dan hingga saat ini tetap digemari anak-anak muda. Apakah kalian ingin menjadi "2nd Slank"?
Jb: Tidak. ERK dan Slank punya karakter dan peran yang berbeda dan bisa saling mengisi.

13. Seperti halnya pelangi yang setia menunggu hujan reda, menurut ERK apa yang harus kita perbuat sebagai anak muda agar bisa tetap mencintai negeri kita Indonesia Raya di tengah karut-marut sosial-budaya-politik-hankam ini? (Faizal Haries Wibowo, Yogyakarta)
Jb: Hendaknya kecintaan terhadap Indonesia diwujudkan dalam bentuk pemikiran yang kritis demi Indonesia yang lebih baik.

14. Dari mana ERK mendapat inspirasi menulis lagu? Soalnya diksi yang digunakan benar-benar berbeda dengan kebanyakan lagu sekarang. (Nenden Sekar Arum Nurannisaa, Solo)
Jb: Inspirasi lagu ERK didapat dari mana saja. Koran, televisi, pengalamn pribadi, dan lain-lain. Sedangkan tentang diksi yang jarang digunakan memang sengaja dimasukkan dalam lirik lagu untuk memberikan alternatif dalam penulisan lagu.

15. Profesi akuntan dan musisi sangat bertolak belakang. Bagaimana Mas Cholil menjalaninya? (Herunata Joseph, Depok)
Jb: Sampai sekarang pun saya masih mencari formula yang paling tepat untuk memaksimalkan fungsi otak kanan (musik) dan otak kiri (akuntan).

16. Salut buat ERK dengan karya musikalnya yang telah "menggigit" kuping dengan lirik yang lugas tentang Melayu. Apa definisi ERK terhadap Melayu? (Avena Matondang, Medan)
Jb: Terima kasih atas salutnya. Melayu yang kami maksudkan adalah napas lagu Melayu yang ada di industri musik kebanyakn bernada minor yang menimbulkan suasana sendu dan mendayu-dayu yang bisa membuat kita jadi "me-layu".

17. Menurut kalian, budaya konsumtivisme itu apa sih? Apakah kalian tidak besar di negeri seperti itu? Ada enggak pengaruhnya kepada kalian sebagai sebuah grup musik dengan adanya budaya konsumtivisme? (Firman Suci Ananda, Medan, Sumatera Utara)
Jb: Kami adalah pelaku dan korban konsumtivisme, yang sekarang berusahan untuk jadi lebih cerdas dalam berbelanja.

18. Apa yang sebenarnya ingin kalian cari, impikan, dan kontribusikan dalam bermusik? (Irrezza, Bekasi Selatan)
Jb: Kami ingin selalu merasa resah dan tidak berada di zona nyaman, agar tidak ada pengulangan dalam karya-karya kami.

19. Apa yang membuat kalian membuat lagu dengan lirik-lirik mengandung kritik sosial dan bertema lain daripada band-band pada umumnya? Kenapa lirik kalian menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan lebih formal? (Nindita Erwanti, Kaliwungu Selatan, Kendal)
Jb: Karena kami merasa jebuh dengan tema-tema yang ada dan kami masih ingin mengeksplorasi bahasa Indonesia lebih dalam lagi.

20. Apa sih yang menginspirasikan Anda bermusik dengan lirik yang bernuansa sosial dan lingkungan? Apakah Anda tidak takut bersain dengan band lain yang laris dengan lirik serba "cinta"? (Panji Prima, Karawaci, Tangerang)
Jb: Kejenuhan atas keseragaman tema saat ini yang menginspirasikan kami untuk membuat karya yang lebih variatif. Semua karya mempunyai pasarnya masing-masing.

21. Saya sudah mendengar semua lagu ERK. Semua lagu pasti membekas. Bagaimana sih cara kalian meracik lagu? (Petrus Setio Wicaksono, Jakarta)
Jb: Yang pertama dilakukan adalah membuat nada dan musik karena nada dan musik lebih sulit dirombak daripada lirik. Tetapi, untuk membuat lagu jadi lebih bagus, perlu diisi dengan tema dan diksi yang menarik.

22. Perlukah sebuah idealisme dalam segi bermusik? Sebutkan tiga kata yang mempresentasikan ERK? (Rezzando Juniarta Sinaga, Bekasi)
Jb: Idealisme perlu karena karya adalah kumpulan ide. Kami yakin setiap karya pastu punya pasar sendiri. Tiga kata itu: keluar (dari) zona aman. Agar kami selalu resah.

23. Salut dengan jati diri yang diusung sebagai band yang kritis. Apakah kalian enggak takut albumnya diblokir edar oleh pemerintah? (Guk Sueb, Sidoarjo)
Jb: Terima kasih atas salutnya. Kami tidak takut karena menurut kami pemerintah tidak tahu ERK.


Menurut gw Q&A paling keren adalah yang nomor 16 dan 23

SUKSES TERUS ERK!!

0 comments :

Post a Comment