Monday, July 8, 2019

Review: Parasite Movie - Black Comedy?

Poster film Parasite ini sudah mulai bertaburan di timeline Instagram gw sejak 2 bulan lalu. Pada akhirnya tayang juga di bioskop CGV. Setelah menimbang-nimbang mau nonton ini apa Toy Story 4, akhirnya pilih Parasite deh.

Film Parasite yang disutradarai oleh Bong Joon Ho ini dapat penghargaan tertinggi Palme d'Or di Festival Film Cannes tahun ini. Bahkan katanya mendapatkan standing ovation yang lama dari para penonton di sana. Secara film terakhir dari sutradara ini yang gw tonton adalah Okja, juga punya cerita yang bizzare, jadi gw sedikit mengantisipasi cerita (takut gak ngerti) dengan cara nonton dulu trailernya. Setelah nonton trailer, ternyata gw makin bingung dan sama sekali gak bisa membayangkan ini film ceritanya bakalan seperti apa. Intinya ada keluarga miskin, yang kemudian anaknya kerja di tempat keluarga kaya. Kalau dilihat dari poster filmnya, gw membayangkan akan menonton film horor-thriller, sesuai dengan tone trailernya yang gelap-gelap gitu. Jadi gw membayangkan, oooh palingan nanti ini ceritanya si keluarga kaya ini psikopat gitu terus ngebunuh-bunuhin orang yang kerja di rumahnya (kebanyakan cerita horor-thriller kan begini yah). Bisa juga sesuai judulnya "parasite" mungkin ternyata orang-orang di rumah itu bukan manusia, melainkan alien yang jadi parasit di tubuh manusia, wkwkwk, yah ide-ide standar yang muncul dari hasil menonton film-film fiksi lain.

Dan ternyata gak begitu ceritanya saudara-saudara.....Di sepanjang film gw udah berjaga-jaga ada scene-scene ngagetin yang tiba-tiba ada alien muncul, adegan bacok-bacokan, atau palingan gak hantu-hantu gitu, ternyata gak ada wwkwkkwk. Yang ada malah gw ketawa dan terkagum-kagum dengan betapa mulusnya tokoh-tokoh di keluarga miskin itu menipu keluarga kaya untuk bisa kerja di sana. Keluarga miskin di film ini diceritakan tinggal di apartemen basement, di lingkungan yang bisa dibilang kumuh. Kamar basement begitu di  Korea merupakan salah satu yang paling murah, yang istilahnya kalau orang punya duit gak mungkin mau tinggal di situ. Si bapak pengangguran, si ibu mantan atlet juga sekarang pengangguran, anak pertama pengangguran, anak kedua juga pengangguran. Mereka dapat duit cuman dari kerja lepasan kaya misalnya lipat-lipat kardus pizza. Makan juga boleh numpang-numpang di kantin karyawan biar gratisan. Buat dapat mobile data mesti jongkok sampai ke wc biar bisa nyolong sinyal wifi dari tetangga.

Awalnya kita bisa ketawa-ketawa dan senyum-senyum ngeliat tingkah mereka yang kocak dan betapa cerdiknya mereka bisa membuat si keluarga kaya percaya kalau si kakak adalah guru bahasa inggris lulusan salah satu universitas ternama, si adik adalah guru lukis dan art therapist, si bapak adalah sopir veteran, dan si ibu yang pada akhirnya bekerja jadi asisten rumah tangga di keluarga kaya tersebut setelah dengan cara "tidak terpuji" menggusur posisi asisten sebelumnya yang udah kerja berpuluh-puluh tahun di rumah itu. Tapi lama kelamaan gw merasa ngenes juga. Film ini menampilkan kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin. Bahwa orang-orang miskin itu sebenarnya punya kemampuan, tapi entah kenapa yah menetap di rantai kemiskinan itu. Mereka yang miskin sulit atau bahkan gak bisa punya pendidikan tinggi, ketika gak punya pendidikan tinggi, gak ada yang mau mempekerjakan mereka dengan bayaran yang layak. Tapi ketika lu punya ijazah (walaupun palsu), orang-orang tiba-tiba jadi menghargai lu karena dianggap sebagai orang yang berpendidikan.

Di balik kenikmatan yang keluarga miskin ini rasakan saat bekerja di keluarga kaya, mereka jadi kepengen juga untuk bisa tinggal dan punya di rumah besar itu suatu hari nanti. Gak salah sih, toh nyatanya sekarang kan mereka juga lagi "tinggal" di rumah itu, walaupun caranya salah dengan "nipu". Di sini masing-masing tokoh jadi kayak punya kegalauan gitu, tapi yang paling jelas ada di tokoh si bapak, yakni saat orang kaya bilang kalau dia punya "bau" yang gak enak, bau orang-orang yang banyak di kereta bawah tanah, yah sebut aja bau orang miskin. Di situ gw nangkepnya sih dia kayak mulai merasa direndahkan, dendam, iri dengan yang kaya, kesal, apa yah...pokoknya campur-campur gitu. Di rumah itu pula mereka ketemu suatu rahasia yang yah.....gak terpikirkan lah, tapi nyata adanya dan sudah pernah liat beberapa kali sih khususnya di 9gag hahaha.

Menit-menit terakhir film yang mulai bikin kita mikir saat nonton. Agak kurang mendebarkan dan greget sedikit sih sebenarnya menurut gw. Tapi sinematografinya mantap, adegan-adegan slow motion yang lebay itu menambah nilai di film ini. Selipan-selipan komedi di antara adegan-adegan yang seharusnya sedih juga "aneh" tapi bagus. Singkat kata, nonton saja lah di bioskop. Gak rugi kok filmnya lama 2 jam-an, mumpung ada promo gopay dan BNI tapcash tuh di CGV. Akting seluruh pemerannya gak perlu diragukan lagi, sinematografi bagus, tema cerita gak wajar, lu pulang dari bioskop bawa kesan dan pesan yang berbeda-beda. Film yang sangat wajib ditonton!

0 comments :

Post a Comment