Hari ini gue diajak momon ikut seminar dengan pembicara Pak Andy F. Noya yang bertempat di gerejanya momon. Judul seminarnya adalah "Inspirated to be an Inspiration". Berhubung pembicaranya sangat sangat sangat sangat ingin saya dengar secara langsung kata-katanya, maka gue pun semangat ikut. Pak Andy kebanyakan sharing mengenai dirinya dan juga karir yang ditekuninya selama ini. Bagaimana ia yang bahkan tidak punya gelar sarjana mampu menapaki karir jurnalistiknya, dari mulai wartawan sampai menjadi pemimpin redaksi. Dan...bagaimana setelah ia merasa aman dan nyaman pada posisi tersebut, ia kemudian memutuskan berhenti. Memulai segala sesuatunya dari awal, mencoba sesuatu yang baru, dengan memandu suatu acara, yakni Kick Andy. Di awal seminar, ia mengajukan sebuah pertanyaan menarik sebagai berikut: "Jika Anda meninggal nanti, Anda ingin dikenang sebagai orang yang seperti apa?" Jujur, jawaban yang terlintas dalam pikiran gue saat itu adalah: "Gue pingin dikenang sebagai orang yang selalu ceria walau dalam keadaan susah." Berangkat dari pertanyaan ini kemudian Pak Andi mulai memflash back kehidupan masa kecilnya yang benar-benar sulit. Mulai dari menumpang tidur di garasi orang, merantau ke Papua untuk ikut dengan ayahnya, tidur di bedeng beralaskan tanah dan lain sebagainya. Ia pun menceritakan bagaimana perjalanannya sampai akhirnya dari seorang anak lulusan STM hingga dapat masuk di sekolah jurnalistik, yang pada akhirnya pun harus terhenti di tengah jalan karena masalah biaya. Dengan kemampuannya menulis yang sudah ia lakukan semenjak SD, tanpa berbekal gelar sarjana, ia berhasil masuk ke salah satu media massa dengan bekal surat rekomendasi. Karena memang passionnya adalah menulis, maka menjadi wartawan adalah pekerjaan yang baginya menyenangkan, semakin banyak ia bekerja semakin ia memperoleh apa yang kita sebut sebagai "kebahagiaan". Berkat kerja kerasnya, posisi pimpinan pun ia capai. Bahkan berulang kali di berbagai media massa berbeda. Namun, pada satu titik, dimana sudah terasa tiada lagi tantangan dalam pekerjaannya, ia berhenti dan merintis program TV Kick Andy. Sekarang program ini sudah menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia bercerita bagaimana orang-orang yang hampir bunuh diri, membatalkan niatnya setelah menonton Kick Andy. Selain itu pula melalui Kick Andy Foundation, beliau telah menjangkau ribuan orang secara langsung dengan program-program seperti: pemberian kaki palsu gratis, book for the blinds, gerakan sejuta bola, pembagian sepatu gratis bagi anak sekolah, dan lain sebagainya. Suatu hal yang dapat mengubah kehidupan orang lain menjadi lebih baik.
Pak Andy berkata betapa pentingnya kita mengetahui apa passion kita. Karena apabila kita mengerjakan sesuatu yang kita cintai, maka kesuksesan itu pasti akan kita raih. Bagi seseorang yang sudah bekerja dan merasa tidak cocok dengan pekerjaan yang ditekuninya sekarang, jangan takut untuk keluar dari comfort zone tersebut. Seorang muda yang sukses dalam bukunya berkata bahwa suatu waktu kita harus berhenti, untuk mundur satu dua langkah agar kemudian bisa meningkat pesat. Satu lagi yang saya rasa penting dari kata-kata beliau adalah "Lebih baik kita melangkah, walaupun kecil, ketimbang kita terus bermimpi besar, namun tak sekalipun pernah melangkah." Setelah segala hal yang kita kerjakan selama ini, lihat kembali kehidupan kita, sebenarnya apa sih yang mau kita tuju? Sebenarnya apa sih makna hidup yang selama ini kita jalani? Dan kembali lagi pada pertanyaan di awal seminar "Kita mau dikenang sebagai orang yang seperti apa setelah kita meninggal nanti?"
Dan....gue mau bercerita sedikit tentang inspirasi kecil gue akhir-akhir ini. Yah gak salah lagi, seorang anak kecil, murid yang kelasnya gue assist baru-baru ini. Kalian harus liat saat dia makan, selalu dia habiskan sampai bersih, gak tersisa satu butir nasi pun, padahal anak-anak lainnya memasang tampang memelas dan berkata "I'm full." Sementara anak ini selalu berusaha menghabiskan makanannya sebagai wujud dia menghormati para petani yang menanamnya (ajaran Buddhis dari nyokapnya). Satu hal yang bikin gue nyess banget itu pas kemarinan kami fieldtrip ke ecofarm, saat di penghujung acara kami mau jalan balik ke saung. Tiba-tiba dia noel kakak pembimbing yang ada di sebelahnya kemudian berkata "Terima kasih ya Kakak" sambil kemudian memberi hormat membungkuk. Astaga, saya salut sama anak ini, bagaimana di umurnya yang baru 4 tahun bisa mengerti bagaimana cara menghargai orang lain. Saya harus belajar banyak.
0 comments :
Post a Comment