Sunday, March 22, 2020

Vaksin Corona Virus Covid-19 Sudah Ditemukan?



Setelah beberapa bulan gak menulis di blog ini, entah kenapa gatel banget rasanya kalau gak komen soal komentar-komentar orang di Line Today. Siapa sangka tahun 2020 ini diisi dengan berbagai bencana dari mulai banjir sampai dengan pandemi Covid-19. 

Masyarakat Indonesia yang budiman, ternyata masih ada yang kurang paham mengenai vaksin. Padahal vaksinasi itu sudah ada programnya loh di Indonesia, yakni Program Imunisasi Dasar Lengkap, gratis pula. Jangan mentang-mentang gratis terus jadi gak peduli apa yang disuntik atau ditetesin ke dalam tubuh kita. 

Nah, banyak orang-orang di atas itu berkomentar "Kenapa gak diuji coba ke orang-orang yang sudah positif saja?" Begini pemirsa, tujuan vaksin pada hakikatnya adalah untuk mencegah suatu penyakit. Kalau kata netizen lain "vaksin itu untuk mencegah, bukan untuk mengobati". Ya betul itu. Vaksin itu bisa berisikan:
  • Kuman (virus atau bakteri) yang dilemahkan (live-attenuated)
  • Kuman yang tidak aktif aka sudah keok dia
  • Sebagian struktur kuman, dipretelin dah tuh kuman dijadikan vaksin
  • Toxoid - menyerupai toksin (kayak racun gitu deh) yang diproduksi biasanya oleh bakteri
Vaksin itu diberikan supaya terjadi imunisasi, yakni proses pembentukan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Nah pemberian vaksin itu adalah salah satu bentuk imunisasi aktif. Jadi dikasih vaksin supaya tubuh membentuk kekebalan tubuh (sebut aja antibodi lah) secara mandiri yang spesifik terhadap kuman / toksoid yang terkandung dalam vaksin tersebut. Ada lagi namanya imunisasi pasif, nah ini yang dimasukin tuh biasanya imunoglobulin (sebut juga antibodi lah) langsung, jadi kayak nyewa tentara dari luar, biasanya sifatnya hanya sementara (namanya juga nyewa). Pemberian imunisasi pasif ini biasanya disertai juga pemberian vaksin sebagai imunisasi aktif, jadi sambil nunggu kekebalan tubuh sendiri berespon sempurna (butuh waktu bervariasi, ada yang 1 minggu, 2 minggu, dsb) dari pemberian vaksin, ada tentara tambahan yang melindungi dari penyakit di periode itu. 

Nah di komentar ini, beberapa netizen yang lumayan paham tentang vaksin jadi emosi dengan komentar "kenapa gak ambil sampel atau teliti dari pasien yang sudah ada?" Kembali lagi, vaksin itu tujuannya untuk mencegah seseorang untuk terkena suatu penyakit atau bisa juga tetap terinfeksi tapi gak menjadi sakit berat sampe modar meninggal. Vaksin itu yah prioritasnya diberikan ke orang sehat. Kenapa? Karena orang sehat yang diharapkan memberi respon pembentukan kekebalan tubuh yang optimal terhadap vaksin yang diberikan. Itu kenapa kalau Anda baca kontraindikasi vaksin ada yang tulisannya: gak boleh kalau lagi demam, kejang, penyakit akut. Vaksin yang live attenuated kontraindikasi diberikan ke pasien yang punya penyakit yang buat imunitas tubuhnya jadi lemah, pasien yang terapi imunosupresan (misalnya abis transplantasi organ), atau pasien-pasien dengan penyakit berat. Yah namanya juga vaksinnya isinya kuman yang dilemahkan, kalau di orang sehat akan timbul respon imun yang bener, kalau dimasukin ke orang sakit (yang imunitasnya lemah gak bisa respon bener) kuman yang biarpun udah lemah ini bisa nimbulin penyakit yang sesungguhnya di mereka.  

Oke setelah kita mengerti apa itu vaksin, mari kita lanjut ke bahasan berikutnya. Apakah vaksin corona virus aka SARS-CoV-2 si penyebab penyakit Covid-19 sudah ditemukan? Jawabannya adalah iya uda, tapi masih diuji coba. Tahu gak berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai sebuah vaksin bisa direlease ke publik dan diklaim sebagai vaksin suatu penyakit. Bertahun-tahun ciiin. Itu vaksin ye mesti di tes bertahap, bertingkat dengan sampel yang banyak. Gunanya apa sih tes tes mulu gak ada abisnya, buruan aja sih udah gak sabar niii. Yailah, gunanya yah biar yakin kalau vaksin itu EFEKTIF dan AMAN untuk diberikan ke manusia. Bukan cuman 1 manusia tapi ke semua manusia yang akan mendapatkan vaksin itu. Eh gw jadi keingetan si akar bajakah....kemana tuh dia?

Begini gambaran kasarnya, sekarang ini (saat tulisan ini dibuat) ada 3 negara yang mengumumkan secara resmi telah memulai uji coba vaksin untuk Covid-19, yakni negara China, Amerika Serikat, dan juga United Kingdom. Uji coba ini yang dimuat di media adalah yang disuntikkan ke manusia langsung. Tentunya setelah disuntikkan subjek (apa subyek sih) akan diamati, yah biasanya dicek respon imunitas spesifiknya terhadap si virus, bisa per hari atau bisa juga di hari ke sekian. Lalu dicatat juga reaksi apa saja yang dirasakan atau muncul pada pasien, terkait efek samping. Apakah di akhir pengamatan ditemukan peningkatan antibodi yang sesuai yang diharapkan mampu melindungi dia dari infeksi Sars-cov-2 benerannya yang dari luar? Berapa hari sih yang dibutuhkan sampai terbentuk antibodi yang cukup? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang harus dijawab dari penelitian itu. Itu aja baru di satu orang, bayangkan berapa banyak orang yang harus diuji coba, sampai masuk kategori vaksin ini layak diberikan ke semua orang. 

Manusia kan beda-beda, jadi subjek penelitian juga harus punya karakteristik yang bisa mewakili seluruh populasi. Belum tentu sama responnya, padahal harusnya kalau memang sudah dijual - dipasarkan, itu vaksin harus bisa menimbulkan respon imunitas yang "sama" di semua orang (yang walaupun karakteristik orangnya berbeda). Repot dan gak sesimpel yang netizen bayangkan. Gak semudah nyeduh popmie instan nunggu 3 menit udah jadi. Gak semudah akar bajakah yang langsung laris manis.....oops

Jadi vaksin buat Covid-19 sudah ditemukan belum? Lah nanya lagi, kan dibilang udah ada yang nemuin tapi masih diteliti layak gak diberikan buat manusia, efektif gak buat semua orang kebal terhadap covid-19, dan aman gak diberikan ke semua orang, nah itu yang masih belum tahu. Pun kalau sudah ada, harus semua orang sehat divaksin atau paling gak 90% orang divaksin biar suatu daerah terlindungi dan bisa punya herd immunity yakni ikut melindungi teman-teman lain yang gak bisa divaksin. Virus itu kan bisa bereplikasi hanya jika di dalam sel inangnya (dalam hal ini sel tubuh manusia), nah kalau sebagian besar manusianya uda kebal sama ini virus, yah pada keok virusnya gak bisa idup di mana-mana lagi. Jadi gak mustahil kok kalau suatu saat di daerah tertentu penyakit ini punah - hilang sepenuhnya karena pemberian vaksin di orang-orang yang sehat. Yah contoh aja di Amerika Serikat sana gondongan (mumps), campak, dan rubella uda kagak ada tuh. Mungkin bisa gempar kalau sampai menemukan 1 kasus aja di sana. 

Nah susahnya di Indonesia, biarpun vaksin gratis (contoh vaksin campak), nyatanya kasus campak masih ada di Indonesia. Kenapa? Yah cakupannya gak merata, banyak alasannya: masih ada orang yang gak punya transportasi untuk menjangkau fasilitas kesehatan (sedih), masih ada orang yang tidak mengerti apa itu vaksin dan pentingnya vaksin, dan masih ada kaum anti vaksin yang menolak pemberian vaksin karena berbagai alasan yang kadang-kadang tak masuk logika saya (ini yang susah). Yah masih jauh lah yah ini, toh vaksinnya belum dijual bebas. Masih ada cukup waktu buat pikir-pikir "Nanti gw mau divaksin Covid-19 gak yah?"

Nah ini komentar yang terakhir saya tangkap dari diskusi di bawah berita Line Today mengenai vaksin corona virus. Silahkan Anda-Anda saja yang komentar. 

0 comments :

Post a Comment