Thursday, May 1, 2014

salah kira

Dia Tukimin. Seorang pria kelahiran Solo tahun 1962. Sudah lebih kurang 6 tahun lamanya merantau di ibukota. Sekarang ia bekerja sebagai tukang sapu di sebuah taman rekreasi di daerah Jakarta Utara.

Tukimin seringkali mendapat giliran tugas malam. Tidak menjadi masalah baginya, karena tak ada satu orang pun yang tinggal bersamanya, alias masih single. Lagipula kontrakannya persis di belakang tempat kerjanya ini.

Sudah tak asing lagi, pemandangan di taman rekreasi itu saat malam sangatlah indah. Banyak orang yang berjalan-jalan, duduk-duduk di bangku taman untuk melihat kelap kelip lampu dari berbagai sumber cahaya. Terkadang adapula yang bersedia tinggal lebih lama, memanfaatkan sisi gelap dari taman ini untuk menikmati waktu dan ruang di dalam mobil bersama pasangan. Ahahaha siapa sih yang tidak kenal dengan istilah "mobil goyang". Tukimin yang orang ndeso saja mengerti istilah ini.

Beberapa kali Tukimin menjadi saksi betapa dahsyatnya nafsu pasangan-pasangan tersebut. Dari yang muda muda, tua tua, tua dengan yang muda, bahkan yang sejenis pun pernah dilihat Tukimin samar-samar menembus kaca film mobil. Pintu yang dianggap cukup rapat pun tidak sanggup menahan teriakan dan erangan dari dalamnya. Dasar manusia manusia ibukota.

Malam ini giliran Tukimin harus menyapu jalanan taman rekreasi tersebut. Jam butut di tangan kirinya sudah menunjuk pukul 01 lewat 15 menit. Ada beberapa mobil yang masih terparkir di sana, tapi di sudut yang paling gelap hanya ada sebuah mobil sedan merah. Tukimin berkonsentrasi mengerjakan pekerjaan menyapunya. Samar-samar didengarnya suara erangan wanita dari dalam mobil sedan itu. Wah mulai panas pikir Tukimin. Namun, ia berusaha menghapus rasa penasarannya. Dilanjutkannya memasukkan daun-daun kering ke dalam karung. Dari sudut matanya ia bisa melihat mobil sedan itu mulai bergoyang, tampak tangan seseorang menempel dari dalam kaca mobil. Heboh juga pikir Tukimin. Ah sudahlah toh bukan urusan dia juga, tugas menyapunya sudah selesai. Sekarang waktunya ia menikmati kasur tipis di rumah kontrakannya.

Pukul 11.00 siang ia baru terbangun dari mimpinya dikejar-kejar bidadari berselendang kuning. Di depan rumah kontrakannya sedang ramai ibu-ibu dan sejumlah bapak berbincang tentang sesuatu. Kata bapak berkumis lebat, ditemukan mayat di taman rekreasi tadi pagi. Seorang perempuan mati ditikam berkali-kali. Pelaku adalah pacar korban sendiri. Diduga memiliki kelainan jiwa, ia sendiri bahkan yang mendatangi polisi dan menceritakan runut kejadiannya. Sang pacar ternyata mengaku hamil, lalu terjadilah cekcok di dalam mobil di taman rekreasi tersebut. Sang laki-laki merasa tidak perlu bertanggung jawab, sementara sang perempuan menuntut kepastian. Marah, ditikamnyalah perut sang kekasih dengan pisau lipat yang biasa ia kantongi. Menurut lelaki itu, kekasihnya berteriak-teriak kesakitan. Hal itu malah semakin menggelapkan matanya, ditikamnya lagi, semakin keras pula sang kekasih berteriak. Entah kerasukan setan apa sang lelaki menghujani kekasihnya dengan tikaman-tikaman berikutnya.

"Masa iya sih berani bener ngelakuinnya di tempat umum begitu. Gak takut ada yang ngeliat apa?" sahut ibu-ibu berdaster ungu.

"Min lu kagak denger nih min? Lu semalem kerja kan? Kagak ada yang aneh?"

Tukimin hanya berdiri mematung. Sayup-sayup teringat suara erangan wanita dari sedan merah semalam.

0 comments :

Post a Comment